Apakah Chairol Imam adalah Seniman?

MIRMAGZ.com – Seni, merupakan dunia penuh rekayasa wacana yang membuat banyak orang terjebak pada wilayah yang tidak pasti. Termasuk Chairol Imam, Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2014. Kalian bisa melihat karya-karya absurd-nya di INSTAGRAM Chairol Imam apabila ingin melihat karya-karya figuratif yang menjadi identitas-nya.

Chairol-Imam
Chairol Imam, sumber: Instagram @ChairolImam

Aku mengenalnya ketika kakaknya adalah kawan sekelas ketika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dahulu, Siyam A. Rahman, pejuang kehidupan yang harus menerima kenyataan bahwa Ayahnya telah tiada ketika kami berdua SMK. Kawan satu organisasi, OSIS, Pramuka, dan berbagai kegiatan sekolah. Menjadi tulang punggung keluarga pengganti Ayah mereka setelah lulus SMK. Masih membekas, ketika Irul, begitu panggilan Chairol, masuk kelas 1 SMK, sedangkan aku melanjutkan kuliah di UNS. Siyam memberikan pesan, “Mbon, titip adikku ya.”

Baca juga:  Apakah Seniman dan Desainer Sama?

Begitulah pertemuan dengan Irul yang belum menjadi seniman sampai sekarang telah banyak karya seni yang diproduksi, dan laku di galeri hari ini. Menjalani SMK jurusan Logam, Kriya Logam di SMKN 9 Surakarta, dahulu bernama Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR). Berbeda dengan kakaknya yang memilih jalur multimedia sebagai jalan ninja-nya.

Irul memilih untuk menjalani laku seni-nya. Masuk ke jurusan yang banyak dipandang miring, dan memang miring sebenarnya. Hal ini juga terjadi pada lulusan Seni Rupa Murni yang menjadi salah jurusan pada pekerjaan yang diambil kemudian ketika lulus kuliah, tidak menjadi seniman. Memang tidak perlu memaksakan pekerjaan yang diambil sesuai dengan jurusannya.

Baca juga:  Resume Diskusi di Ruang Cyan: Apakah Desainer Terjebak pada Kesadaran Masa Lampau?

Beruntungnya, anak ini mendapatkan beasiswa untuk S1-nya. Membanggakan Ibu mereka, dan akhirnya meraih gelar S.Sn. Sarjana Seni. Betapa bangga-nya keluarga ada yang lulus Strata Satu. Apabila kalian melihat bengkel seninya, hanya pojokan rumah yang berisi komputer lama serta karya-karya sketsa figur yang hari ini menjadikan dirinya bisa dibilang seorang seniman muda. Berguru pada Prof. Narsen Afatara, Guru Besar Penciptaan Seni Rupa, UNS, dan dosen-dosen Seni Rupa UNS lainnya, menjadikan konsep yang diusung Irul matang.

Bisa dilihat juga bagaimana Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) memberikannya beasiswa singkat berupa residensi untuk mendalami ide-ide seni-nya. Jadi apakah pengakuan ini dapat dikatakan bahwa Irul adalah seniman? “Kan orang lain yang memandang apakah aku ini seniman atau bukan”, begitu jawabannya ketika ngobrol santai. Beberapa karya yang hadir dari residensi dapat kalian lihat di SINI. Tentu tidak hanya seni rupa yang diciptakannya, namun juga karya teater yang bagi banyak orang akan bilang, “ini ngapain ngecat badannya sendiri.”

Baca juga:  Berjalan di Private Museum Tumurun: Pameran Mukti Negeriku!

Kami berdua sempat beberapa kali ke pameran seni rupa yang diselenggarakan di Solo. Sedikit banyak berdiskusi tentang kehidupan seni rupa di Indonesia, yang notabene masih menjadi sesuatu yang tidak penting untuk didiskusikan. Dimana letak seni pada sebuah karya seni? Padahal hanya coretan-coretan tidak jelas. Atau tentang isu seksi PKI, atau bagaimana menjadi manusia menarik untuk didiskusikan. Padahal dia merupakan seniman yang bereksistensi dengan Ruang Atas dan menjadi pembicara beberapa seminar seni.

Irul ketika membicarakan karya-nya
Baca juga:  Estetika Sanggit: Sebuah Pameran Retropeksi Prof Dharsono

Pada akhirnya, sebagai seniman kontemporer, begitu saya menyebutnya. Irul mampu memberikan pengalaman masa kecil, keluarga, dan kehidupan diri sebagai ego dalam seni-nya. Bentuk-bentuk seni figuratif yang berupa deformasi dari bayangan monster menjadi ciri khas anak ini untuk menunjukkan karya-karya yang mampu “mengguncang” ketika melihatnya. Tapi bisa dikatakan bahwa, seni yang dihadirkan oleh Irul layaknya seni anak kecil yang menggambar, tapi ketika proses pembuatan menjadi titik sekarang, yang karya-nya mampu dijual seharga motor, atau Non-Fungible Token (NFT), yang diciptakannya bisa merepresentasikan konsistensi idenya. Kalian bisa lihat karya-karya NFT-nya di Twitter @Ytmur96.

karya-irol
Beberapa karya Irul yang dipajang

Estetika yang hadir pada karya-nya merupakan eksplorasi figur monster dengan media yang beragam, sebagai konsistensinya. Penggarapan pada media seperti teknik batik tradisional, digital, menjadi aspek kompleksitas yang membuktikan bentuk karya seni-nya. Tentu apabila kita membuat identitas kita dalam sebuah media, membutuhkan effort yang tidak hanya sehari dua hari jadi. Namun, figur-figur monster ini sebagai kesatuan dalam karyanya, hanya awalan untuk menunjukkan kemana arah seni Irul berikutnya.

Baca juga:  Seni dalam Pandangan Susanne K Langer

Apakah Irul akan menjadi seperti Heri Dono, atau Agus Suwage, atau Titarubi, atau seniman masa lalu Dullah, atau Sudjojono misalkan. Kita akan menunggu karya yang memang memuat nilai seni yang tidak hanya sekedar bentuk-bentuk monster, namun penggalian ide dari wilayah lain dalam permasalahan sosial masyarakat. Wacana yang dibangun semoga memberikan inspirasi untuk masyarakat. Oh, iya dengan bentuk figur monster, apa dampaknya di masyarakat? Sepertinya hanya begitu saja.

irul-menggambar
Kalian bisa tau yang mana gambar-nya ketika acara Solo Artoz Agustus 2022

Semoga terus konsisten dalam dunia seni, dunia yang tidak pasti ini, bahkan kehidupan sebenarnya juga tidak akan pasti. Begitulah jawaban saya atas apakah Chairol Imam adalah seorang seniman.

Baca juga:  Teori Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

 

 

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
Telegram

1 thought on “Apakah Chairol Imam adalah Seniman?”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *