MIRMAGZ.com – Tumurun Private Museum bekerjasama dengan S.Sudjojono Center dengan bangga mempersembahkan pameran seni rupa, dalam rangka merayakan Kemerdekaan RI yang ke-76, berjudul Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung Melalui Goresan S.Sudjojono, yang akan berlangsung dari 28 Agustus 2021- 28 Februari 2022, berlokasi di Tumurun Private Museum, Surakarta, Solo.
Dan kemarin telah selesai Pameran ini berakhir. Namun justru ide-ide dari Sudjojono tentang bagaimana sebuah karya seni agung dibuat, perlu dijadikan catatan tersendiri. Tentang bagaimana cara Sudjojono membuat sketsa, lobby dengan Pemerintah Jakarta, dan pendanaan adanya lukisan ini. Meskipun lukisannya ada di Fatahillah, Jakarta, namun replika yang ditampilkan mampu menggambarkan bagaimana Sudjojono memproses pesanan dari Ali Sadikin.
Pameran ini menampilkan salah satu reproduksi mahakarya S. Sudjojono yaitu, lukisan “Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen” (1973), koleksi Museum Sejarah Jakarta, dan juga 38 (tiga puluh delapan) sketsa yang dibuat Sudjojono dalam mempersiapkan pembuatan lukisan tersebut, yang merupakan koleksi Tumurun Private Museum. Ini pertama kalinya seluruh sketsa tersebut dipamerkan secara lengkap di Indonesia.
“Penyelenggaraan pameran ini merupakan salah satu wujud tujuan utama Tumurun Private Museum dalam menjalankan visi dan misi dalam bidang edukasi kepada masyarakat secara luas terutama mengenai seni, baik seni klasik maupun kontemporer.” Kata Iwan Kurniawan Lukminto, owner Tumurun Private Museum, saat memberikan keterangan dalam rilis secara virtual, Jumat 27 Agustus 2021.
Sejarah lukisan “Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen” ini cukup istimewa. Lukisan ini dipesan khusus oleh Ali Sadikin yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta kepada Sudjojono dalam rangka peresmian Museum Sejarah Jakarta pada tahun 1974.
Sudjojono melakukan riset selama 3 bulan di Belanda untuk mendapatkan data-data historis yang akurat mengenai sejarah peristiwa tersebut, dan menuangkan hasil risetnya tersebut ke dalam sketsa-sketsa yang dibuatnya.
Sketsa-sketsa tersebut disertai catatan-catatan Sudjojono secara mendetil mengenai berbagai hal sehubungan dengan peristiwa bersejarah tersebut.. Sudjojono juga harus membangun studio khusus untuk dapat menampung lukisan berukuran 3×10 Meter dan merampungkan lukisan ini selama 7 (tujuh) bulan.
Dari segi keunikan tema yang historis realistis, kesulitan teknis dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan riset dan menyelesaikan lukisan ini, tidak bisa dipungkiri pentingnya nilai dari lukisan ini.
Pameran ini serta berbagai kajian didalamnya sekaligus merupakan salah satu upaya S.Sudjojono Center beserta keluarga Rose Pandanwangi Sudjojono serta Tumurun Private Museum dalam mendukung usaha Museum Sejarah Jakarta yang dipelopori oleh Sri Kusumawati, S.S., M.Si. dan Esti Utami, S.S. dalam mengupayakan agar lukisan “Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen” dan sketsa-sketsanya dapat terdaftar menjadi Cagar Budaya Nasional.
Sejumlah sketsa-sketsa lukisan Sultan Agung karya S Sudjojono yang berjumlah 38 buah, dipamerkan di Tumurun Private Museum, Kota Solo. S Sudjojono, juga dijuluki Bapak Seni Lukis Indonesia ini melahirkan sebuah rumusan perihal “jiwa kethok” atau jiwa tampak atau seni jiwa ini, mampu berikan pelajaran bagi generasi pelukis Indonesia saat ini. Seni tersebut mampu memperlihatkan atau menyiratkan watak dan karakter sesungguhnya, dalam lukisan.
Pada tingkatan ini, Pameran ini berlangsung dengan hikmat, memperlihatkan bagaimana Sudjojono mampu menampilkan karya kolosal, yang pada akhirnya menjadi identitas budaya Indonesia. Pengharapan terhadap karya Sultan Agung, merupakan sebuah harapan besar yang pada akhirnya membentuk konstruksi berfikir tentang apa yang telah diusahakan oleh Indonesia.
Tiga panel yang diceritakan pada lukisan ini, tidak lepas dari pengetahuan Sudjojono dari penelitian mendalam yang telah dilakukannya. Ini membuktikan bahwa seniman juga tidak bisa menghadirkan kehidupan seninya dari ruang kosong bayangan belaka, namun juga perlu penelitian/riset mendalam tentang apa yang menjadi perhatian utama dalam seninya. Kita bisa melihat dari pameran proses kreatif ini.
Pemikir Muda, Pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peneliti serta penulis pemikiran tentang Seni.
1 thought on “Berjalan di Private Museum Tumurun: Pameran Mukti Negeriku!”
Good day! I just wish to give you a huge thumbs up for your excellent information you have got here on this post. I am coming back to your blog for more soon. Good day! I just wish to give you a huge thumbs up for your excellent information you have got here on this post. I am coming back to your blog for more soon. נערות ליווי במרכז