Berguru pada Huruf, Sebuah Pendekatan Menulis untuk Pemula

MIRMAGZ.com – Buku berjudul ‘Berguru pada Huruf’ merupakan kumpulan esai yang ditulis Fauzi Sukri, seorang pegiat literasi di kota Surakarta. Sejak awal tulisan, gagasan yang diusung sekiranya berbunyi “jika Anda ingin mahir menulis maka Anda harus kritis dalam membaca”. Masalah yang ditekankan sejak awal berkutat pada penguasaan membaca yang sebegitu pentingnya untuk dihayati sebelum akhirnya lahir kemampuan menulis.

“Teknik dasar menulis meliputi menulis lead (pembuka) dan body (tulisan isi) yang terus membuat pembaca betah untuk terus membaca tulisan kita. Untuk menguasai itu penulis harus kuat juga membaca, membaca yang kompleks, imajinatif dan kreatif.”

Judul buku: Berguru pada Huruf

Buku Berguru pada Huruf, sebuah pendekatan untuk proses menulis paripurna (Dokumentasi Mirmagz)

Karya: Fauzi Sukri

Penerbit: Diomedia Publisher (CV Diomedia)

Tahun dan kota terbit: 2022, Sukoharjo, Jawa Tengah Indonesia.

Buku ini terdiri dari 8 esai. Setiap esai memiliki thesis dan opini penulis tersendiri. Buku ini secara umum memberikan arahan bagi pembaca yang berminat di dunia tulis menulis khususnya tulisan esai dan sastra.

Estetika berhuruf adalah guru utama, melebihi belajar tatap muka atau mendengarkan suara manusia siapa pun. Dari huruf merangkai kata, kata merangkai kalimat (kata-kata). Nabi dan Rasul pun menyampaikan wahyu melalui kata-kata (ucapan) dan dari kata-kata itu ditulis, dibukukan dan lahirlah para pembaca (buku) dan dari para pembaca itu lahir para penulis. Melalui (kalam) Tuhan, manusia terinspirasi kata-kata.

Pembaca, adalah mereka yang membaca kata-kata untuk pikiran dan hatinya sendiri. Pada bagian esai ini, penulis menyampaikan bahwa tidak banyak orang mengerti bedanya mengeja dan membaca. Aktivitas membaca dengan benar-benar membaca dan memahami dan mempelajari dan mengkritisi sungguh berbeda dengan yang hanya mengeja kata demi kata.

Penulis bahkan menganalogikan dengan bedanya pemilik buku dan pembaca. Seorang pemilik buku belum tentu seorang pembaca. Ditulis, “Ia hanya kolektor kata yang disimpan dalam kertas terjilid.” Menjadi pembaca dikatakan sebagai seorang inferior yang ‘lebih bodoh dan hina’ dari apa yang dibaca. Penulis berusaha mengkritisi bahwa apa yang selama ini diajarkan sejak bangku sekolah dasar sampai bangku kuliah, aktivitas membaca seperti hanya sekadar mengeja. Padahal, meski aktivitas tersebut merupakan kegiatan teregois ‘sejagad’, membaca adalah awal dari seseorang membentuk pikiran kritisnya.

Baca juga:  DeKaVe Yang Dituliskan oleh Sumbo Tinarbuko

Kemudian dari pikiran kritis tersebut dia belajar untuk merekonstruksi sebuah pemahaman dan makna dibalik apa yang dia baca. Dari pemahaman tersebut akan mengasah kemampuannya untuk bisa menuangkan isi pikirannya kembali dalam bentuk tulisan. Yang selanjutnya dan selanjutnya lagi bertumbuh, berproses, dilalui oleh para pembaca terhormat lainnya.

Buku ini juga mengingatkan pembaca betapa kemampuan menulis perlu dilatih selayaknya atlet berlatih demi kepentingan fisik yang memadai untuk kompetisi. Kemampuan tangan terutama yang paling ditekankan dalam penjabaran buku ini. Dikatakan bahwa manusia tidak serta merta memiliki kemampuan bawaan untuk mengenal sistem qwerty, –perangkat yang kita kenal dalam mengetik melalui media laptop atau keyboard misalnya. Meski begitu, kemampuan seorang penulis juga tidak diukur dari kemahirannya mengetik namun juga mengolah ragawinya demi memenuhi apa yang menjadi bahan tulisannya.

Materi lain seperti proses penyuntingan, editing, usaha-usaha untuk menciptakan momen kreatif selama berproses menulis, serta beberapa pandangan-pandangan subyektif dari penulis buku ini turut dihadirkan dalam beberapa bab pertengahan sampai akhir.  Secara holistik, buku ini berhasil memberikan potongan-potongan yang sederhana tentang bagaimana proses menulis itu bisa lahir dan diciptakan dengan usaha-usaha tertentu. Namun di sisi lain, buku ini juga bisa menghadirkan kritik tajam bagi pembelajar penulis yang hendak berproses dengan tulisannya melalui mempertanyakan kembali apa yang selama ini mereka baca, mereka pelajari, mereka dapatkan.

Kekurangan dari buku ini mungkin terletak pada susunan materinya. Tidak lazim seperti diketahui adanya pada buku-buku ‘how to books’. Namun, kekurangan inilah yang menurut pengulas menjadi ciri dari karya seorang penulis. Sekaligus memberikan wajah baru dunia literasi bahwa ‘how to books’ juga bisa dikemas dalam berbagai pilihan metode dan tampilan. Seperti buku ini, melalui kumpulan esai-esai.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on telegram
Telegram

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

http://MIRMAGZ.com -sebelum seseorang menulis sebuah ulasan tentang suatu buku, perlu untuk mengerti mengapa dia melakukannya. #caramenulisresensi

https://mirmagz.com/2023/01/11/cara-menulis-ulasan-buku-yang-mudah-dan-menyenangkan/

http://MIRMAGZ.com - Seni, merupakan dunia penuh rekayasa wacana yang membuat banyak orang terjebak pada wilayah yang tidak pasti. Termasuk Chairol Imam, Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret (UNS) angkatan 2014. #berbicaraseniman #chairolimam

https://mirmagz.com/2022/08/08/apakah-chairol-imam-adalah-seniman/

Load More
anz.prjct
Medusaphotoworks
logo-lyubov-books
Lyubov Books - Toko Buku Online
Buku Terbaru WPAP dan Mistik Kesehariannya

Most Popular

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.