Tolstoy Sang Pemuja Teh

MIRMAGZ.com – Kemampuan Leo Tolstoy di usia lanjutnya dalam berurusan dengan berbagai hal seperti Tuhan dan Tsar dapat dikatakan berasal dari penguasaan kreatifnya yang diakui. Tak hanya itu, juga disebabkan oleh latar belakang aristokratnya, latar belakang yang sama dengan semua penulis besar Rusia pada paruh pertama abad ke-19 kecuali Dostoyevsky. Hal ini sangat ditekankan oleh Rosamund Bartlett dalam Tolstoy: A Russian Life. Namun, apakah kehidupan Tolstoy selalu hanya berpikir, berkutat dengan pemikiran dan hal serius lain?

 

Tidak semua yang kita ketahui dari sosok Tolstoy merupakan kebenaran yang selesai. Banyak orang termasuk orang Rusia sendiri mengira Tolstoy terlalu fokus pada dunia spiritualismenya. Yang kemudian tidak memiliki hasrat sedikitpun tentang duniawi. Apalagi soal makan bersama menikmati hidangan di meja. Terutama, ketika Tolstoy terkenal sebagai sosok vegetarian dan petani yang hidup sederhana. Faktanya, Tolstoy adalah seorang humanis yang sangat menikmati waktunya.

Baca juga:  Seni Disabilitas: Sebuah Pengantar

Suatu ketika, dia pernah berjalan-jalan, mengikuti keinginan hati. Dia bahkan sampai keluar dari komplek tempat tinggalnya di Yasnaya Polyana, tempat yang dia sebut “benteng sastra yang tidak dapat diakses”. Jalan santainya itu membawanya sampai pada stasiun kereta api. Di sana, dia melihat sebuah kereta api dengan kepulan uap siap berangkat.

Fun Fact: Yasnaya Polyana adalah kediaman Tolstoy, tempat dia dilahirkan, tempat dia menulis War and Peace juga Anna Karenina. Di dekat kediamannya itu pula, Tolstoy dimakamkan.

Sekonyong-konyong seorang wanita dengan ramah menjulurkan kepalanya keluar jendela kereta dan meminta pada Tolstoy, “Kawan, tolong pergi ke toilet wanita untukku, dompetku tertinggal di sana”. Tanpa berpikir panjang, Tolstoy bergegas membantu wanita itu. Diambilkannya dompet tersebut dan diserahkannya kepada sang wanita yang menunggu di dalam kereta dari balik jendela. Wanita yang tidak mengenal sosok ‘Tolstoy’ itu memberinya tip sebesar 5 kopek sembari berkata, “Untuk beli teh.”

Meski merasa aneh karena harga teh yang biasa dibeli Tolstoy sebesar 2 rubel 50 kopek, Tolstoy tetap tidak segan mengambil tip tersebut.
Tak lama, seseorang di dalam kereta memberitahu kepada si wanita bahwa itu Tuan Besar Tolstoy yang telah membantunya.

Wanita itu panik dan menjerit memanggil Tolstoy sehingga suaranya menggema di sepanjang koridor kereta, “Lev Nikolayevich, kembalikan koinku! Aku tidak mengenalimu!” jerit wanita itu memanggil nama lengkap Tolstoy. Tolstoy hanya menggumam memberi isyarat, “Tidak, saya sudah menerimanya,” dan memasukkan tip 5 kopek itu ke dalam sakunya. Kenyataannya, Tolstoy membeli teh dengan uang tip tersebut dan meminumnya dengan senang hati.

Baca juga:  Dinamika Hari Pengetahuan di Rusia

Tolstoy, Tsar dan Teh

 

Ketika wanita tersebut memberi tip seraya mengatakan, ‘untuk beli teh’, itu bukanlah ucapan yang meluncur begitu saja. Siapa sangka bahwa ternyata hal itu dimulai oleh Tsar Aleksandr II. Sang Tsar rupanya pencipta tren kedai teh di Rusia. Kedai-kedai itu tentu tidak ditujukan untuk para bangsawan dan orang-orang berwenang. Semata untuk rakyat kecil dengan harapan mampu ‘menumbuhkan budaya’.

Kedai teh ciptaan Tsar tidak menyajikan vodka atau minuman beralkohol lainnya. Dan kedai-kedai itu kemudian melahirkan budaya bercakap-cakap di Rusia, sembari menyeruput teh panas dan juga sambil membaca koran.

Tolstoy seorang pemuja teh. Saking doyannya minum teh, dalam sehari Tolstoy mampu menghabiskan 25 gelas teh. Karena khawatir merepotkan para pelayan di rumahnya, Sophia, istri Tolstoy mengalihkan pembuatan teh yang mulanya memakai samovar menjadi kompor spiritus. Seperti layaknya orang-orang yang melakukan kemah di hutan. Oleh karenanya, Tolstoy kerap menggoda dengan ucapan, “Kamu harusnya menikahi Robinson Crusoe,” ketika melihat istrinya memanaskan kompor spiritus.

Baca juga:  Filsafat Seni dan Reproduksi Mekanis Walter Benjamin: Sebuah Pandangan Awal

Samovar (самовар) sendiri adalah sebuah alat masak yang terbuat dari logam dan biasanya digunakan untuk merebuskan air. Alat ini familiar di beberapa negara Eropa Tengah, Asia Barat, Eropa Tenggara, Eropa Timur dan Timur Tengah. Karena alat ini biasa digunakan untuk membuat teh maka terdapat cantelan berbentuk cincin yang dalam bahasa Rusia disebut konforka (конфорка). Semakin antik dan apik pembuatan sebuah samovar maka harganya pun semakin mahal.

Perjamuan teh di rumah Tolstoy bahkan penuh dengan acara yang mengejutkan. Tolstoy kerap mengajak tamunya dari kelas atas untuk bersembunyi di bawah meja. Ketika Sophia masuk untuk menyapa, dia hanya menemukan meja yang sudah dipenuhi dengan jamuan dan lilin yang menyala tanpa seorang pun, lalu tiba-tiba semua tamu keluar dari bawah meja beserta suaminya dan mengejutkannya.

Tak hanya itu, Tolstoy juga membuat sebuah permainan bernama ‘Pawai Kavaleri Numidian’. Di mana dia tidak mengizinkan seorang pun mengolok-olok tamu yang kurang menyenangkan yang telah pergi meninggalkan jamuan. Ketika tamu yang kurang menyenangkan itu melenggang pergi, semua orang di meja diajaknya berdiri sambil mengangkat tangan kanan dan melewati seisi ruangan di lantai pertama dengan mimik serius. Mereka diajak kembali ke meja dan di sanalah mereka mulai tertawa bersama.

Baca juga:  Moskwa Peringati Hari Lahir Permaisuri Maria Feodorovna

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

anz.prjct
Medusaphotoworks
logo-lyubov-books
Lyubov Books - Toko Buku Online
Buku Terbaru WPAP dan Mistik Kesehariannya

Most Popular

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Weekly Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.