MIRMAGZ.com – WPAP atau Wedha’s Pop Art Potrait dilansir dari Wikipedia adalah salah satu gaya seni populer yang berasal dari Indonesia.[1] Gaya ini ditandai dengan penyusunan ulang potret wajah menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan percampuran warna-warna yang semarak. Dimensi dari wajah yang digambar ulang tidak berubah, sehingga penampakan akhir dari objek yang ditransformasikan masih terlihat jelas dan menyerupai aslinya.
Teknik melukis ini ditemukan oleh Wedha Abdul Rasyid, seniman grafis asal Pekalongan, Jawa Tengah, pada tahun 1990. Awal kepopuleran WPAP adalah ketika gaya setelah mendalami dalam mengilustrasikan cerita-cerita karya Arswendo Atmowiloto dan Hilman Hariwijaya di majalah Hai.
Masa Kecil Wedha
Wedha merupakan putra ke-enam (6) dari delapan (8) bersaudara, dari pasangan R. Abdul Syukur dan Sarini Winih, yang lahir pada 10 Maret 1951. Pendidikan TK-SD diselami Wedha di Cirebon, sedangkan SMP, SMA dan masa remajanya ada di Pekalongan, dikarenakan kebutuhan keluarga yang saat itu berpindah-pindah disesuaikan dengan pekerjaan ayahnya.
Kebiasaan Wedha menggambar sudah dimulai ketika ada di Cirebon, yang kemudian berlanjut di Pekalongan. Kebiasaan ini memberikan pencapaian terhadap pengalaman Wedha berupa beberapa piagam dari hasil karyanya waktu kecil, yang dikemudian hari membentuk eksistensinya dalam berkarya sebagai seniman rupa. Selama SD, Wedha mendapat dukungan dari gurunya, yang setiap saat memberikan pengarahan dan pengajaran yang membuat semangat Wedha menggambar semakin hari semakin besar.
Kesukaan Wedha terhadap gambar-menggambar, mengantarkan Wedha kecil sebagai seorang anak yang membawa masadepannya menjadi seorang illustrator terkenal di sebuah majalah swasta. Pengalaman Wedha kecil membuat pemikiran tentang gambar-menggambar menjadi terasah dengan baik, didukung dengan kondisi keluarganya yang bisa memenuhi hasrat menggambar Wedha. Wedha kecil merupakan anak yang suka menggambar dan melukis, banyak kompetisi yang dimana Wedha kecil sering menang didalamnya.
Wedha dan Konsep Awal WPAP
Menurut A. Kardinata, lukisan (red: dalam WPAP) Wedha bakal mengarah ke kubisme. Namun, bukan kubisme ala Picasso melainkan memiliki materi-materi yang kubistis. Wedha mengaku, konsep awal lahirnya WPAP dibentuk dari penghayatan pengalaman pribadinya sejak kecil. Ia mengatakan bahwa sejak kecil ia senang melihat rangka rumah atau gedung dibandingkan melihat rumah atau gedung tersebut sudah selesai dibuat. Ia bahkan sering membuat mainan mobil-mobilan dengan rangka atau framework dan lebih menyukai bentuk itu daripada sudah ada ‘kulit’nya.
Wedha ingat betul ketika ia kecil di Cirebon, dekat rumahnya terdapat sebuah tempat pemotongan kertas. Ia senang melihat sisa-sisa potongan kertas tersebut. Ia mengakui bahwa setiap kali ia melihat potongan lurus itu ia bertanya-tanya, “kira-kira bisa dibuat apa kertas-kertas lurus itu?”
Pengalamannya menjadi suatu penghayatan. Wedha akhirnya menyadari bahwa ia menyukai garis lurus. Ia tidak menyukai garis lengkung. Semua kerangka rumah (stagger, cek tulisan ini benar atau tidak) juga lurus tidak ada yang melengkung, ia mengatakan “saya menyukai bentuk-bentuk lurus”. Penghayatan itu yang kemudian keluar ketika Wedha membutuhkan sesuatu yang baru (baca: melahirkan karya WPAP).
Selain itu, Wedha juga menyukai mata pelajaran Fisika dan Stereometri (ilmu ukur ruang) yang menurutnya bisa diaplikasikan sejak duduk di bangku SD. Menurutnya, dengan stereometri ia belajar tentang kemampuan untuk membayangkan suatu ruang, tidak hanya flat. Bukan sesuatu yang diproyeksikan di bidang tafril yang datar.
Pemikir Muda, Pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peneliti serta penulis pemikiran tentang Seni.
1 thought on “Akar Wedha’s Pop Art Portrait: Masa Kecil Wedha”
Keren