MIRMAGZ.com – Pameran karya mahasiswa internasional bertajuk Solo International Visual Art #3 (SIVA) kembali diselenggarakan oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Dengan membawa harapan dari rumah, dalam seminggu mereka mengirimkan hampir 100 karya seniman dari berbagai negara. Acara berlangsung dari Kamis (23 Desember 2021) hingga Kamis (30 Desember 2021) di Gedung Sunging Prabangkara, Kampus II ISI Solo.
Dalam pameran tersebut ada satu karya dari Yulianto, Dosen Seni Murni, ISI Solo yang menarik perhatian. Karya instalasi seni tersebut berjudul “Nothing is a Coincidence (The Epitome of Memories #1)” terdiri dari kertas-kertas laporan akhir dan tugas mahasiswa yang dibentuk menjadi sebuah seni instalasi. Berikut bentuk karya-nya.
“Karya ini memuat ide sebagai terapi, dalam konstruksinya, terapi apapun,” tutur Yulianto ketika menjelaskan karyanya ini. Perbaduan antara lampu dan gantungan bola-bola kertas memberikan efek yang merefleksikan siapapun yang melihatnya. Refleksi tentang hidup yang penuh dengan kompleksitas, lebih jauh, Yulianto ingin memberikan terapi terhadap penikmat seninya. Meskipun sebagai seni kontemporer, bagi beberapa seniman, seni ini tentu menjadi tonggak yang penting dalam kesenimanan Yulianto.
Kita melihat karya ini lebih sebagai bentuk-bentuk endapan masa lalu dari Yulianto sebagai seorang pemerhati kondisi sosial masyarakat yang melingkupinya selama menempuh kehidupan berkeseni-rupa. Terlebih fokusnya pada pendidikan anak serta disabilitas tidak bisa dianggap sebagai sesuatu hal yang baru oleh Yulianto. Tentu masa lalu Yulianto ketika belajar melukis pada seniman maestro di Bali dan Batu, Malang, memberikan pengaruh yang cukup besar dalam karya instalasi ini. Kita bisa melihat lebih jauh pada kajian seni lukis dari Koeboe Sarawan yang digunakan Yulianto untuk mendapatkan gelar magisternya, karya-karya Koeboe yang surealis memberikan dampak psikologis yang cukup berarti dalam penciptaan karyanya ini.
Lebih mendetail, apabila kita cermati dalam kertas yang digunakan, merupakan kertas-kertas bekas skripsi, maupun tugas akhir dari mahasiswa ISI Solo, maupun kertas bekas yang lain. Elemen kertas yang penuh dengan tulisan pemikiran dari calon seniman, maupun seniman yang hari ini ada sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri, memberikan makna yang lebih dari sekedar kertas bekas.
Melihat lebih dalam, apabila kita renungi, memang seperti sebuah terapi yang siapapun yang melihatnya akan merefleksikan siapa sebenarnya dirinya. Kerumitan antara tali dan kertas, serta bola-bola yang hadir dalam karya Yulianto ini menggambarkan bagaimana pikiran kita berjalan sebenarnya. Penuh dengan kerumitan, penuh dengan sesuatu yang tidak teratur, tidak pasti, dan penuh dengan misteri.
Sebuah karya berlanjut, yang patut dinantikan, seperti apakah bentuk dan makna karya berikutnya.
Pemikir Muda, Pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peneliti serta penulis pemikiran tentang Seni.
1 thought on “Karya Nothing is a Coincidence (The Epitome of Memories #1) oleh Yulianto”
Pingback: Apakah Seniman dan Desainer Sama? - Mirmagz