MIRMAGZ.com – Jika mendengar kata Design (Desain) Thinking, biasanya akan mengarah ke ideologi yang berkaitan dengan pemecahan masalah kompleks dengan cara yang kreatif dan berpusat pada user atau pengguna. Namun seperti apa cara kerja Design Thinking? Apa sebenarnya proses Design Thinking?
Apa itu Design Thinking?
Design Thinking merupakan metodologi yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang kompleks. Masalah kompleks merupakan masalah yang sulit untuk didefinisikan dan tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan metode pendekatan yang telah ada.
Masalah yang lebih mudah, biasanya diselesaikan dengan menerapkan algoritma atau logika yang telah ada dan berkali-kali diujicoba.
Contohnya, kita mengundang untuk perayaan hari kelulusan ujian untuk enam orang teman dekat kita. Kita sudah menyiapkan bahan untuk makan tersebut dirumah dengan kebutuhan enam orang tersebut.
Pada mendekati jam perayaan, ternyata teman kita meminta izin untuk mengikutsertakan tiga orang lain. Bahannya harus cukup dong, malu kalo kurang makan.
Kita sekarang membutuhkan makanan yang cukup untuk sembilan orang, ini masalah, namun mudah diatasi. Cukup ditambahkan dengan mengkalikan berapa orang yang datang. Ini masalah yang mudah, lawan dari masalah yang mudah adalah masalah yang kompleks.
Masalah yang kompleks biasanya tidak mudah dipecahkan, yang mana membutuhkan Design Thinking, tidak seperti masalah perayaan di atas.
Ketika kita mengadapi masalah yang tidak mudah dipecahkan, bisa jadi masalah tersebut tidak memiliki solusi akhir, yang mana daripada mencari suatu jawaban, masalah tipe ini membutuhkan tanggapan yang mengantisipasi bagaimana masalah semakin berkembang dan bermutasi. Biasanya seperti, perubahan iklim, kemiskinan, kelaparan dunia, dan lain sebagainya.
Design thinking mencoba untuk melihat melalui pendekatan diluar dari kotak yang biasa menyelesaikan masalah yang mudah. Hal ini membutuhkan ide tentang Design Thinking pada dunia nyata.
Basisnya adalah solusi untuk memecahkan masalah. Pada masalah yang mudah, cenderung terpaku pada hambatan dan batasan, sedangkan Design Thinking berorientasi pada hasil. Konsekuensinya banyak mengambil langkah non-linier untuk menghasilkan ide-ide inovatif dan dapat ditindaklanjuti.
Sebuah Proses Design Thinking
Proses Design Thinking dapat diterapkan ke banyak konteks yang berbeda — ini bukan hanya tentang mengembangkan sebuah produk digital berikutnya saja. Juga tidak terbatas pada tim desain; semakin banyak bisnis yang menggunakan Design Thinking sebagai cara untuk mendorong inovasi dalam skala perusahaan.
Bagaimana sebenarnya cara kerjanya?
Design Thinking — mulai dari membangun empati dan mendefinisikan masalah, hingga membuat prototipe dan menguji ide — biasanya selama beberapa hari atau seminggu.
Sebagai seorang desainer, kita dapat mengundang kolega dari departemen lain untuk memanfaatkan keragaman ide. Lokakarya Design Thinking tidak hanya untuk desainer; semua tim dapat menggunakan, dan mendapatkan keuntungan dari, pendekatan kreatif untuk pemecahan masalah ini.
Selain lokakarya khusus, Design Thinking juga bisa menjadi proses yang tertanam — kerangka kerja menyeluruh yang menginformasikan bagaimana Anda membuat keputusan dan menyusun strategi tertentu.
Dibandingkan menjalani seluruh siklus Design Thinking dalam satu kesempatan, Anda dapat memilih untuk fokus hanya pada satu elemen — seperti mengenal audiens target Anda (baik itu pelanggan eksternal atau pemangku kepentingan internal) atau melakukan pengujian pengguna.
Dalam pengertian ini, proses Design Thinking dapat digunakan untuk membangun sebuah budaya umum yang menekankan untuk mengutamakan pengguna, berkolaborasi untuk berinovasi, dan menguji lebih awal dan lebih sering lagi.
Apa tujuan dari Design Thinking?
Bagaimanapun kita memilih untuk mengimplementasikan proses Design Thinking, tujuannya sama: untuk mendekati masalah yang kompleks dari perspektif manusia.
Proses Design Thinking menumbuhkan kreativitas, inovasi, dan pemusatan pada pengguna, membantu kita dalam menghasilkan solusi yang dapat ditindaklanjuti, yaitu:
- Diinginkan oleh pengguna;
- Layak untuk bisnis;
- Layak secara teknologi.
Proses Design Thinking mengutamakan kebutuhan dan persyaratan pengguna. Tahap pertama dari proses ini didedikasikan untuk membangun empati dengan pengguna target yang akan kita garap dan memahami kebutuhan, harapan, dan perilaku mereka.
Selanjutnya, akan berfokus untuk menghasilkan ide yang dengan cepat diubah menjadi prototipe dan diuji pada pengguna nyata. Yang selalu melekat pada proses Design Thinking adalah pengujian awal dan yang sering terhadap solusi yang ditawarkan;
Dengan cara ini, kita dapat mengumpulkan umpan balik (feedback)dan membuat perubahan yang diperlukan jauh sebelum produk dikembangkan.
Singkatnya: Proses Design Thinking memungkinkan kita untuk menemukan solusi inovatif untuk masalah kompleks, yang didorong oleh kebutuhan pengguna dari target pendengar yang kita tuju.
Artikel ini disarikan dari The Key Principles And Steps Of The Design Thinking Process

Pemikir Muda, Pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peneliti serta penulis pemikiran tentang Seni.
2 thoughts on “Definisi Design Thinking dan Prosesnya”
Pingback: Resume Diskusi di Ruang Cyan: Apakah Desainer Terjebak pada Kesadaran Masa Lampau? - Mirmagz
Pingback: Pengantar Semester Ganjil 2021/2022: Tulisan untuk Mengawali Masa Baru Pandemi Tahun Kedua – AK. Dawami