MIRMAGZ.com – Integritas dalam pendidikan dan riset sering kali menjadi hal yang terabaikan, meskipun peranannya sangat penting dalam membentuk kualitas dan kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan. Di Indonesia, tantangan dalam mempertahankan integritas ini sangat nyata, terutama dalam dunia pendidikan yang sering kali berfokus pada hasil semata, seperti nilai ujian dan jumlah publikasi. Sering kali, kita melihat bahwa tujuan akhir—baik kelulusan ataupun publikasi ilmiah—dianggap lebih penting daripada proses panjang yang harus ditempuh untuk mencapainya. Padahal, perjalanan menuju pencapaian tersebut adalah tempat di mana integritas sejati dibentuk.

Sistem pendidikan kita cenderung lebih mengutamakan hasil ketimbang proses. Di tingkat dasar dan menengah, siswa diajarkan untuk menguasai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan menghitung, namun tanpa banyak diberi kesempatan untuk memahami bagaimana keterampilan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Hal ini menumbuhkan budaya pendidikan yang mengutamakan hafalan dan kuantitas, bukan pemahaman yang mendalam.
Pendidikan semacam ini sering kali tidak menghargai proses belajar, yang pada akhirnya menghambat tumbuhnya integritas dalam diri siswa. Integritas dalam pendidikan seharusnya mengajarkan kita bahwa hasil yang dicapai harus sejalan dengan usaha dan proses yang dilakukan, bukan semata-mata angka atau prestasi yang tercatat.
Dalam dunia riset, fenomena jurnal predator yang sering mengeksploitasi peneliti yang terdesak oleh tuntutan publikasi juga merupakan contoh nyata betapa pentingnya menjaga integritas. Para peneliti sering kali dihadapkan pada dilema: mengejar kuantitas publikasi untuk memenuhi target atau mempertahankan kualitas riset meski prosesnya lebih panjang dan penuh tantangan. Namun, di balik praktik-praktik tersebut, masih ada sekelompok peneliti yang tetap setia pada nilai integritas mereka, meskipun riset yang mereka lakukan memerlukan lebih banyak waktu dan usaha. Seperti halnya bumi yang terus berputar tanpa mengeluh, meskipun tidak pernah meminta perhatian, integritas sejati datang dari konsistensi dalam melakukan tugas tanpa mengharapkan pengakuan atau penghargaan instan.
Tantangan dalam menumbuhkan integritas ini juga mencakup peran orang tua. Orang tua di Indonesia sering kali terjebak dalam pola pikir bahwa mereka hanya perlu membiayai pendidikan anak-anak mereka tanpa banyak terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri. Padahal, pendidikan yang baik tidak hanya datang dari sekolah, tetapi juga dari rumah, tempat di mana anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan yang lebih dalam.
Pendidikan yang berfokus pada hasil semata, tanpa menghargai perjalanan dan proses belajar itu sendiri, hanya akan menghasilkan individu yang terfokus pada angka dan prestasi, bukan pada pemahaman yang mendalam dan integritas. Namun, tidak semua orang tua terjebak dalam pola ini.
Banyak orang tua yang menyadari pentingnya peran mereka dalam mendidik anak-anak, bukan hanya dari segi materi, tetapi juga dari segi moral dan nilai-nilai yang diajarkan. Pengorbanan waktu, yang lebih berharga daripada apapun, menjadi bentuk investasi yang tak ternilai bagi masa depan anak-anak mereka. Ketika orang tua mengajarkan anak-anak mereka untuk menghargai proses belajar, mereka sedang menanamkan nilai integritas yang akan membentuk karakter anak-anak mereka di masa depan. Ini adalah investasi yang lebih berharga dari sekadar pencapaian nilai yang tinggi.
Untuk menciptakan perubahan yang lebih jauh dalam dunia pendidikan, kita harus mulai mengubah paradigma yang ada. Pendidikan tidak seharusnya hanya berfokus pada pencapaian nilai dan angka semata, tetapi juga pada bagaimana membentuk generasi yang menghargai nilai-nilai integritas. Integritas dalam pendidikan dan riset bukan hanya tentang mengikuti aturan atau mencapai tujuan dengan cara yang cepat dan mudah, tetapi tentang keteguhan hati untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, meskipun ada banyak godaan untuk mengambil jalan pintas.
Dengan menumbuhkan integritas di setiap tahap kehidupan—mulai dari pendidikan dasar hingga dunia riset—kita tidak hanya membentuk individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Dunia akademik dan riset seharusnya menjadi tempat yang menghargai perjalanan intelektual yang panjang, bukan hanya sekadar hasil yang tercatat di atas kertas. Seperti halnya bumi yang terus berputar tanpa mengeluh, kita pun harus menjaga integritas dalam setiap langkah yang kita ambil. Hanya dengan cara ini kita bisa membangun masa depan yang lebih baik, adil, dan berkelanjutan.
Masa depan bangsa ini sangat bergantung pada bagaimana kita mendidik generasi muda dan mempertahankan integritas dalam setiap bidang kehidupan, termasuk pendidikan dan riset. Kita harus berani mengejar perubahan dengan cara yang lebih holistik, melihat masalah secara luas dan mendalam, dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk menemukan solusi yang lebih komprehensif. Hanya dengan begitu kita bisa membentuk bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bijaksana dan penuh integritas dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Integritas bukan hanya hal yang kita ajarkan, tetapi juga yang harus kita praktikkan dalam setiap langkah hidup kita.

Pemikir, peneliti, penulis, dan pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada bidang Apresiasi Estetika Visual, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.