
MIRMAGZ.com – Selama lebih dari beberapa dekade, pusat pertumbuhan global telah beralih dari wilayah Euro-Atlantik ke wilayah Eurasia dan Asia Pasifik. Tren ini diamati untuk pertama kalinya oleh para ekonom dari sebuah bank swasta di Barat yang mengidentifikasi negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. BRICS pun muncul berdasarkan identifikasi tersebut.
Apa itu BRICS?
BRICS sendiri merupakan akronim nama-nama negara gabungannya dalam Bahasa Inggris. ; Brasil, Rusia, India, China, South Africa (Afrika Selatan). Organisasi antar-pemerintah ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pada tahun 2023 keanggotaannya meluas dengan masuknya Iran, Mesir, Etiopia dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi kerap hadir sebagai undangan namun belum bergabung dalam kelompok ini.
Menurut Menteri Luar Negeri Federasi Rusia Sergey Lavrov, mulanya pada era 1990-an Mantan Perdana Menteri Rusia, Yevgeny Primakov mengusulkan untuk mengadakan pertemuan rutin dalam kerangka kerja troika Rusia-India-China (RIC). Troika ini masih ada sampai sekarang walau mereka belum mengadakan pertemuan selama beberapa waktu karena terhalang pandemi dan kondisi lainnya. Namun, troika (tiga serangkai ini) tetap ada sebagai mekanisme yang independen.
Pada tahap selanjutnya, Brasil bergabung dengan RIC menjadikan troika itu berkembang lagi menjadi BRIC dan disusul oleh Afrika Selatan sehingga berakhir menjadi BRICS. Menurut Lavrov, anggota BRICS adalah negara-negara yang mewakili ekonomi tercepat dan paling konsisten di antara negara Mayoritas Dunia.
Indonesia Bergabung dengan BRICS untukApa?

Dilansir dari portal berita Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, pada KTT ke-16 BRICS tahun ini, Indonesia di bawah Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto mendelegasikan Menteri Luar Negerinya (Menlu), Bapak Sugiono untuk bergabung dengan BRICS.
Menlu Sugiono menyampaikan pesan Presiden Prabowo tentang anti penjajahan dan anti penindasan. Secara khusus, Beliau menekankan solidaritas dan komitmen terhadap perdamaian global dan menggaris-bawahi krisis yang berlangsung di Palestina dan Lebanon.

“Indonesia tidak dapat berdiam diri saat kekejaman ini terus berlanjut tanpa ada yang bertanggung jawab,” tegas Menlu seperti dikutip Portal Berita Kemenlu. Indonesia menyerukan gencatan senjata dan penegakkan hukum internasional, serta pentingnya dukungan berkelanjutan untuk pemulihan Gaza, Palestina.
Menlu Sugiono juga mengajukan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerjasama BRICS dan Global South. Beberapa langkah konkret itu di antaranya:
- Menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan, dimana negara-negara berkembang membutuhkan ruang kebijakan, sementara negara maju harus memenuhi komitmen mereka.
- Mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional harus diperkuat dan memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi mandatnya.
- Menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas di antara negara-negara Global South. BRICS dirasa dapat berfungsi sebagai perekat untuk mempererat kerja sama di antara negara-negara berkembang.
Menurut Menlu Sugiono, bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah bentuk nyata pengejawantahan politik bebas aktif yang artinya tidak mengikuti kubu tertentu melainkan berpartisipasi aktif di semua forum.
“Kita juga melihat prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan ataupun pemajuan sumber daya manusia,“ tambah Menlu RI.
Melalui BRICS, Indonesia ingin mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South. “Kita lihat BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South,” lanjut Menlu Sugiono. “Namun kita juga melanjutkan keterlibatan atau engagement kita di forum-forum lain, sekaligus juga terus melanjutkan diskusi dengan negara maju.”
Contoh konkret keberlanjutan ini, antara lain, “Bulan depan Bapak Presiden akan ikuti KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, sementara saya juga diundang menghadiri pertemuan Tingkat Menlu kelompok negara maju G7 expanded session di Fiuggi, Italia, ” kata Menlu RI. Hal ini menegaskan peran penting Indonesia sebagai bridge builder atau jembatan antarnegara berkembang dan negara maju.
Kenapa ada BRICS?
Mulanya BRICS berjalan untuk menyoroti peluang investasi namun kemudian berkembang menjadi geopolitik. BRICS melambangkan pergeseran yang telah lama terjadi dalam ekonomi global. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru bermunculan, dan bersamaan dengan itu muncul pula pengaruh finansial, yang pada gilirannya membawa pengaruh politik.
Setiap tahunnya, negara tergabung akan hadir dalam sebuah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) resmi dan saling mengoordinasikan kebijakan multilateral sejak 2009. Namun hubungan multilateral di antara negara-negara yang tergabung dalam BRICS dilakukan atas dasar prinsip non-intervensi, kesetaraan dan saling menguntungkan.
Di dalam Deklarasi Kazan, KTT ke-16 BRICS “Memperkuat Multilateralisme untuk Pembangunan Global yang Adil dan Aman”, negara-negara tergabung menegaskan kembali solidaritas dan kerjasama BRICS lebih lanjut berdasarkan kepentingan bersama. Serta memprioritaskan penguatan kemitraan strategis antarnegara. Seiring dengan 16 tahun penyelenggaraan KTT BRICS, para anggotanya berkomitmen untuk terus memperkuat kerjasama berdasarkan tiga pilar:
- Politik dan keamanan
- Ekonomi dan keuangan
- Kerjasama budaya dan antar masyarakat
Miranti Kencana Wirawan. Content Writer. Alumnus Kajian Timur Tengah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret. Founder dan Editor in Chief situs web Mirmagz.com. Pernah bekerja di RIA FM Sonora Network dan KOMPAS.com sebagai jurnalis kanal internasional.