MIRMAGZ.com – Dalam bahasa Indonesia, aesthetic bisa disebut estetis. Apabila dilihat dari kata sifatnya, estetis berkaitan dengan filosofi estetika; berkaitan dengan gagasan seperti yang indah dan yang tidak indah. Dan juga berkaitan dengan ilmu estetika; berhubungan dengan studi tentang pikiran dan emosi yang berkaitan dengan rasa keindahan.
Estetika adalah studi filosofis tentang keindahan dan cita rasa. Hal ini berkaitan erat dengan filsafat seni, yang berkaitan dengan sifat seni dan konsep-konsep yang digunakan untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi sebuah karya seni.
Untuk memberikan pengertian yang menyeluruh mengenai pokok bahasan estetika tidaklah mudah. Memang, dapat dikatakan bahwa definisi ulang merupakan tugas utama estetika modern. Kita berkenalan dengan dunia pengalaman yang menarik dan membingungkan: dunia yang indah, yang jelek, yang luhur, dan yang elegan; selera, kritik, dan seni rupa; serta kontemplasi, kenikmatan sensual, dan pesona.
Dalam semua fenomena ini, dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip yang sama berlaku dan kepentingan-kepentingan yang sama pula. Jika kesan kita keliru, kita harus mengabaikan ide-ide seperti keindahan dan cita rasa yang hanya memiliki kepentingan filosofis yang bersifat sementara. Atau, jika kesan kita benar dan filsafat menguatkannya, maka kita akan menemukan dasar untuk estetika filosofis.
Estetika memiliki cakupan yang lebih luas daripada filsafat seni, yang merupakan salah satu cabangnya. Estetika tidak hanya berhubungan dengan sifat dan nilai seni, tetapi juga dengan respon-respon terhadap objek-objek alam yang menemukan ekspresi dalam bahasa yang “indah” dan “jelek”. Namun, ada masalah yang muncul di awal, karena istilah seperti “indah” dan “jelek” tampak terlalu samar dalam penerapannya dan terlalu subyektif dalam maknanya untuk membagi dunia dengan sukses ke dalam hal-hal yang sesuai dengan keduanya dan yang tidak sesuai dengan keduanya.
Hampir semua hal dapat dilihat sebagai sebuah keindahan oleh seseorang atau dari sudut pandang tertentu, dan orang yang berbeda menggunakan kata “indah” pada objek yang berbeda dengan alasan yang sering kali terlihat hanya memiliki sedikit kesamaan atau bahkan tidak memiliki kesamaan sama sekali. Mungkin saja ada beberapa keyakinan yang mendasari yang memotivasi semua penilaian mereka. Namun, mungkin juga, istilah “indah” tidak memiliki arti kecuali sebagai ekspresi dari suatu sikap, yang kemudian dilekatkan oleh orang yang berbeda pada keadaan yang sangat berbeda.
Jadi, apa sebenarnya yang benar dalam estetika? Seperti tidak perlu kita perdebatkan, mari kita bangun pemahaman tentang “indah” dan “jelek” dalam presepektif masing-masing. Bukankah perbedaan yang akan membuat kekayaan pengetahuan?

Pemikir Muda, Pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peneliti serta penulis pemikiran tentang Seni.