MIRMAGZ.com – Setiap keluarga punya cara masing-masing dalam menghabiskan waktu liburan. Ada yang memilih berlibur ke alam, berwisata kuliner, atau sekadar menikmati waktu bersama di rumah. Tapi di tengah semua pilihan itu, pernahkah kita bertanya: Apa sebenarnya yang ingin kita capai dari sebuah liburan? Apakah sekadar melepas penat, atau justru mencari sesuatu yang bisa memperkaya cara kita memandang hidup?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul saat saya dan keluarga menghabiskan dua hari libur di Yogyakarta. Kota ini menyimpan banyak kenangan, termasuk bagi saya pribadi sebagai tempat kuliah saat menempuh studi doktoral. Tapi kali ini, pengalaman kami terasa berbeda—karena kami memutuskan untuk datang ke ARTJOG, sebuah festival seni rupa kontemporer yang menjadi salah satu agenda budaya paling bergengsi di Indonesia.
Seni Bukan Hanya untuk Orang Dewasa
Bersama ketiga anak saya—Mas Airlangga, Mas Sakti, dan Ayu’ Gaia—kami menyusuri ruang-ruang pameran di ARTJOG. Di sana, kami melihat banyak karya seni yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga mengajak kami untuk berpikir, merasakan, bahkan bermain. Ada lukisan-lukisan dengan detail yang memikat, instalasi yang interaktif, hingga karya yang terasa “ajaib” karena bentuknya tidak biasa. Reaksi anak-anak pun beragam: kagum, tertawa, bertanya, bahkan mencoba menebak-nebak makna karya.
Yang menarik, mereka tidak merasa bosan. Sebaliknya, mereka terlibat aktif—bertanya, berdiskusi, bahkan membuat narasi sendiri tentang karya yang mereka lihat. Dari sini saya sadar, bahwa seni itu bukan milik orang dewasa saja. Seni bisa menjadi jembatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak-anak, apalagi jika disajikan dengan cara yang ramah dan membebaskan rasa ingin tahu.
Liburan Sebagai Ruang Belajar
Liburan ke ARTJOG bukan sekadar jalan-jalan. Ia menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan—tanpa buku, tanpa ruang kelas, tapi penuh dengan stimulus yang kaya secara visual dan emosional. Di tengah karya-karya itu, anak-anak belajar tentang bentuk, warna, ekspresi, bahkan isu-isu sosial yang disuarakan seniman. Mereka belajar merespons, mengapresiasi, dan yang lebih penting: belajar menjadi manusia yang peka.
Di sisi lain, saya pun turut berefleksi. Melihat karya-karya kontemporer membuat saya merenung: tentang kehidupan hari ini, tentang peran kita sebagai orang tua, dan tentang pentingnya mengajak keluarga merasakan langsung kekuatan seni. Seni bukan hanya soal keindahan, tapi juga tentang membangun kesadaran—terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, dan terhadap dunia yang terus berubah.
Seni, Anak, dan Pembentukan Diri
Apa yang dialami anak-anak di ARTJOG akan menjadi bagian dari proses pembentukan diri mereka. Mungkin tidak langsung terlihat sekarang, tapi pengalaman-pengalaman seperti ini akan membekas. Mereka belajar bahwa dunia ini tidak hanya soal benar atau salah, tapi juga soal rasa, interpretasi, dan makna. Bahwa hidup ini tidak selalu linear—dan seni mengajarkan kita untuk nyaman dengan ketidakpastian itu.
Dalam konteks keluarga, liburan semacam ini menjadi sangat penting. Ia bukan hanya tempat bermain, tapi juga tempat tumbuh. Kita menanamkan nilai, kepekaan, dan cara pandang yang mungkin tidak mereka dapatkan dari bangku sekolah. Di ARTJOG, kami belajar bahwa seni bisa jadi guru yang sangat baik—untuk siapa saja, dari usia berapa pun.
Akhir kata, jika Anda sedang merencanakan liburan keluarga, cobalah datang ke ruang-ruang seni seperti ARTJOG. Tidak perlu menjadi ahli seni untuk menikmatinya. Cukup datang dengan hati terbuka, dan biarkan karya-karya itu berbicara. Siapa tahu, Anda tidak hanya pulang dengan foto-foto indah, tapi juga dengan perspektif baru tentang hidup dan diri sendiri.

Pemikir, peneliti, penulis, dan pengajar Seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada bidang Apresiasi Estetika Visual, telah menyelesaikan gelar Doktor di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.